Ada Menu “Istana” Korea Sejak Dinasti Joseon di Kupang, Ini sejarahnya

42
Korean Shrimp Rice adalah kuliner asal Korea Selatan yang menggunakan bahan udang dengan penyajian dan kemasan Korean Rice Bowl. Menu ini diklaim telah ada sejak Dinasti Joseon di Korea. (Foto: Effendy Wongso). POTO : ISTIMEWA

 

BISNISSULAWESI.COM, KUPANG – Bicara kuliner, memang tidak ada habisnya. Pasalnya, kuliner tidak sekadar menyoal makanan maupun minuman (mamin), akan tetapi sudah menjadi gaya hidup kekinian.

Menariknya pula, kuliner tidak melulu ke urusan lidah atau perut namun sudah menjadi “gengsi” yang memiliki nilai lebih bagi suatu golongan, kelompok, komunal, atau personal.

Artinya, makanan menjadi entitas yang tidak dapat dipisahkan dari suatu budaya bangsa. Korea Selatan atau kerap disebut “Korea” saja misalnya, memiliki sebuah jenis makanan yang sangat terkenal, Kimchi sehingga dijadikan penyebutan “generik” masyarakat di sana untuk berswafoto (selfie).

Makanya, ada anekdot mengatakan jangan mengajak selfie gadis Korea lalu bilang “cheese” sebab pasti ditolak. Pasalnya, mereka lebih suka berpose dan mengucap “Kimchi” bersama.

Terkait makanan Korea, Kimchi hanyalah sebagian dari menu Korea yang digemari warga Korea, bahkan dunia. Jika merunut satu per satu, maka menu populer lainnya tentu ada Bulgogi, Sticky Wings, Korean Chicken Pop, Korean Shrimp Rice, Shrimp Mayo, dan masih banyak lainnya.

Tentu saja untuk menikmati menu-menu Korea tadi, seseorang tidak perlu terbang ke Seoul. Di Indonesia, terdapat ratusan restoran Korea dan nyaris sama banyaknya dengan restoran Jepang.

Di Kota Kupang, salah satu resto dan kafe representatif, Waroenk, tidak ketinggalan menawarkan menu-menu Korea.

“Pada 2 Oktober 2017 lalu, kami menghadirkan menu Korea baru, di antaranya Korean Shrimp Rice dan Shrimp Mayo. Seperti yang kita ketahui, kedua varian menu berbahan udang ini sudah sangat populer di dunia,” terang Supervisor Waroenk Resto and Cafe Amelia Saputry Wahab saat ditemui belum lama ini di Jalan WJ Lalamentik, Oebufu, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca Juga :   PLN Energi Primer Indonesia Siapkan Gasifikasi Pembangkit Cluster Sulawesi-Maluku

Ia menjelaskan, menu tersebut sebelumnya telah diluncurkan bersamaan dengan beberapa menu lezat lainnya di antaranya Nasi Goreng Ikan Asin dan Nasi Goreng Yang Chow.

Sementara, untuk jajaran minuman ada Es Podeng, Es Teler dan Hot Chocolate yang kesemuanya dibanderol dengan harga terjangkau.

“Korean Shrimp Rice kami cukup terjangkau untuk kantong ‘gen z’. demikian juga Shrimp Mayo yang juga makanan ala Korea,” beber Amelia.

Ia menambahkan, sejak diluncurkan menu-menu tersebut mendapat animo yang cukup bagus dari penikmat kuliner di Kota Kupang.

Amelia memaparkan, selama ini pula layaknya negara-negara di Asia Timur seperti Tiongkok dan Jepang, kuliner unik dan lezat identik berasal dari “istana” kerajaan.

“Penggunaan bahan-bahan seperti udang yang langka pada zaman kerajaan dianggap sebagai makanan mewah, dan hanya dikhususkan bagi kaum bangsawan,” imbuhnya.

Penyajian ala Korea yang lazim disebut Korean Rice Bowl berupa nasi berimbuh udang sebagai lauk-pauknya terus berkembang hingga saat ini. Tentu, saat ini pula sudah bukan “milik” raja maupun kaum bangsawan, tetapi sudah menjadi kuliner umum meskipun masih tetap membawa resep leluhur pada zaman kerajaan di Korea.

Sekadar diketahui, masakan Korea adalah makanan tradisional yang berdasarkan pada teknik dan cara memasak orang Korea. Mulai kuliner istana yang unik hingga makanan khas daerah serta perpaduan masakan modern, bahan-bahan yang digunakan serta cara penyiapannya cukup berbeda dibandingkan negara lainnya, terutama di negara-negara Barat.

Saat ini, banyak makanan Korea yang sudah mendunia. Masakan Korea, baik yang dijabarkan sama maupun berbeda dengan kuliner istana, sampai saat ini juga dinikmati sebagian besar masyarakat Korea.

Masakan Korea sebagian besar berbahan beras, mi, tahu, sayuran, dan daging. Makanan tradisional Korea dikenal dengan makanan sampingan yaitu “banchan” yang disantap dengan nasi putih dan sup atau kaldu. Setiap makanan dilengkapi banchan yang cukup banyak.

Baca Juga :   Balithai Land Sasar Kaum Milenial

Makanan Korea biasanya dibumbui minyak wijen, kecap, garam, bawang putih, serta jahe dan saus cabai (gochujang). Tidak salah bila masyarakat Korea dikenal sebagai konsumen bawang putih terbesar dunia di atas Tiongkok, Thailand, Jepang, serta negara-negara Laut Tengah seperti Spanyol, Italia, dan Yunani.

Makanan Korea berbeda setiap musimnya. Selama musim dingin, biasanya makanan tradisional yang dikonsumsi adalah Kimchi dan berbagai sayuran yang diasinkan dalam gentong besar yang disimpan di bawah tanah luar rumah. Persiapan pembuatan masakan Korea, biasanya membutuhkan waktu yang sangat lama.

Makanan tradisional istana, yang dulunya hanya dinikmati keluarga kerajaan Dinasti Joseon, memerlukan waktu berjam-jam untuk pembuatannya. Makanan istana memiliki harmonisasi yang menampilkan kontras dari karakter panas dan dingin, pedas dan tawar, keras dan lembut, padat dan cair, serta keseimbangan warna.

Makanan istana seperti ini beberapa di antaranya dapat mencapai harga 240 ribu won atau sekitar 265 dolar AS per orang. Ini termasuk minuman juga layanan dari pelayan eksklusif.

Restoran yang menyediakan makanan istana terdapat banyak di Seoul. Sejak meledaknya popularitas drama Daejanggeum, semakin banyak pula masyarakat yang menyukai makanan istana.

Effendy Wongso