BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Ketua Real Estate Indonesia (REI) Sulawesi Selatan (Sulsel), Arief Mone mengatakan, sektor properti nonsubsidi di Sulsel masih mampu tumbuh tipis di tengah kondisi perlambatan ekonomi nasional.“Kita masih bisa tumbuh sekitar lima persen, ketika wilayah lain justru minus,” kata Arief.
Meski demikian, Arief mengakui, terjadi perlambatan pada sektor properti nonsubsidi ini. “Memang melambat, biasanya pada semester pertama, pertumbuhannya bisa mencapai 15 hingga 20 persen,” ujarnya.
Arief mengatakan, perlambatan ini terjadi karena untuk segmen ini, masyarakat cenderung masih “wait and see”.“Sebenarnya, masyarakat punya uang, tetapi masih melihat kondisi perekonomian dulu, karena untuk segmen ini, keputusan untuk membeli sangat dipengaruhi oleh perekonomian global,” katanya.
Berbeda dengan rumah non subsidi, untuk sektor rumah subsidi pihaknya optimistis pertumbuhannya akan lebih baik.“Kita memang berfokus untuk membangun rumah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat,” kata dia.
Karena pertumbuhan tersebut, maka sebelumnya diberitakan sejumlah pengembang kakap mengincar Sulawesi sebagai ekspansi bisnisnya. Sebut saja pengembang sekaliber Lippo Karawaci, Agung Podomoro, dan Ciputra. Mereka bukan tanpa alasan ‘berebut’ pasar sektor properti di Sulawesi, terutasma di ibukota Sulawesi Selatan (Sulsel). Bagi mereka, Makassar punya magnitude luar biasa.
Pihak Agung Podomoro misalnya, memandang secara historis, harga properti di Makassar terus meningkat, dan akan terus meningkat, karena kawasan ini merupakan gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI).
“Makassar adalah gate KTI, harga propertinya akan terus mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun ke depan,” tutur Wibisono, Investor Relation PT Agung Podomoro Land Tbk, belum lama ini.
Sedangkan Dirut PT Ciputra Surya Tbk, Harun Hajadi, juga mengakui, kondusifnya pasar properti Makassar, karena dalam lima tahun terakhir menjadi kota dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
Bahkan, rata-rata pertumbuhan ekonomi kota ini di atas 9 persen, mengalahkan raksasa ekonomi, Tiongkok. Pada 2008 lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai angka 10,83 persen. Sedangkan ekonomi Tiongkok belakangan ini cenderung melemah berkisar 7 persen-7,5 persen. / Mohamad Rusman.