PERANCANG BUSANA NASIONAL BERBURU KAIN TENUN TORAJA

318

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Event Makassar International Eight Festival & Forum 2018 (F8) akan kembali dilaksanakan Pemerintah Kota Makassar. Event yang akan digelar 10 sampai 14 Oktober 2018 ini, akan menghadirkan berbagai macam event, salah satunyafashion show dari beberapa perancang busana nasional.

Anwar Sadat yang sangat populer dengan brand fashion-nya Dadagaya, termasuk perancang busana nasional yang diundang mengisi acara di event akbar F8 yang akan dilaksanakan di Pantai Losari Makassar. Beberapa event nasional sering menggunakan hasil karya putra Sidrap ini. Diantaranya Indonesia Fashion Week, Dangdut Akademi Indosiar, KDI dan lain-lain.

Tidak tanggung-tanggung, untuk memberikan hasil karya terbaiknya untuk F8, Anwar menyempatkan diri terbang dari Jakarta ke Makassar, lalu melanjutkan perjalanan ke Toraja untuk berburu kain tenun khas daerah tersebut. Tempat yang dituju yakni Sa’dan Malimbong Toraja utara.

“Kami mencari kain di daerah Sa’dan Toraja utara, karena sejarah kain toraja itu berasal dari Sa’dan. Tongkonan Bangbalu Lembang Sa’dan Andulan, disana awal mula diciptakan Tenun Sunpu (tenun yang tak berujung),” ujarnya.

Desa Sa’dan Malimbong merupakan salah satu desa di Tana Toraja, yang terkenal dengan tradisi tenunnya. Di sini, pembuatan tenun Toraja masih menjadi kegiatan turun temurun. Anak-anak pun sudah mulai belajar menenun.

Awalnya, mereka belajar menenun dengan motif-motif sederhana, seperti garis warna-warni. Setelah lebih mahir, barulah bentuk-bentuk lain diperkenalkan, seperti tedong (kerbau) dan tongkonan (rumah adat Toraja).

Di Desa Sa’dan Malimbong, proses penenunan masih menggunakan alat tenun tradisional. Makanya para penenun membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan sehelai kain tenun. Semakin rumit motifnya, semakin lama waktu pengerjaannya. Tentu saja, juga semakin mahal harganya.

Baca Juga :   Halo Sultra

Bahan dan pewarna kain tenun yang digunakan menggunakan bahan alam. Biasanya, serat kain ada dua macam, yaitu serat kapas dan serat daun nanas. Namun, sekarang serat daun nanas mulai sulit didapat. Untuk pewarna alami, para penenun menggunakan kulit, pelepah, biji, dan daun dari tumbuhan tertentu. Kain dengan pewarna alami tentu bernilai lebih tinggi. Harganya mencapai jutaan rupiah.

Kini para penenun juga sudah mulai memakai pewarna buatan. Memang tak sebagus pewarna alam, namun harganya lebih murah. Ada banyak warna dalam tenun Toraja. Yang paling sering digunakan, terutama dalam upacara adat, adalah merah dan hitam.

“Menurut masyarakat setempat, dulu kain tenun Toraja hanya boleh digunakan untuk upacara adat tertentu. Seiring dengan kemajuan zaman, kain tersebut sudah digunakan oleh siapa pun, dengan desain yang lebih fashionable,” ungkap Anwar.

Di event F8 nanti, tambahnya, bakal ada 16 pakaian hasil desainnya yang akan diperagakan oleh model di catwalk. Semuanya pakaian pria bertema Toraja. / Nur Rachmat