Gejolak Rupiah Dipengaruhi Penguatan Dolar Secara Global

244
Liputan utama haji latunrung : Karyawan Haji La Tunrung Autorized Money Changer (AMC), memperlihatkan mata uang Dollar di Kantornya, Jalan Monginsidi Makassar.

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR —  Nilai tukar rupiah mencapai titik tertingginya dalam pelemahan mata uang Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yakni Rp14.600 per USD per USD pada 13 Agustus 2018 pekan lalu. Bank Indonesia langsung melakukan intervensi terukur, untuk menstabilkan rupiah.

Padahal menurut Dwityapoetra S. Besar, Kepala grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Perwakilan Sulsel, rupiah sempat menguat awal juli 2018 lalu, sebagai respon positif pasar atas kebijakan moneter BI, yang menaikkan BI7DRR sebesar 50bps. Sempat dikeluhkan masyarakat atas bunga kredit yang tinggi, tapi mampu disiasati dengan melonggarkan uang muka.
“Gejolak rupiah tahun ini lebih banyak dipengaruhi penguatan dolar Amerika Serikat secara global. Tekanan rupiah kembali meningkat, seiring kuatnya ketidakpastian pasar keuangan global, yang memicu penguatan dolar AS secara luas terhadap mata uang asing seluruh dunia. Jadi bukan hanya terhadap rupiah saja,” ungkapnya.

Menurut Dwipoetra, ekonomi AS diperkirakan tumbuh tinggi dengan inflasi yang semakin meningkat. Sementara pertumbuhan ekonomi Eropa terindikasi tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Saat yang sama, ekonomi Tiongkok juga belum meningkat. Akibat ketidakpastian global tersebut, memicu pembalikan arus modal dari negara berkembang.
Ditambahkan, pelemahan rupiah dibandingkan dengan mata uang asing lainnya sebenarnya masih lebih kondusif, jika dibandingkan dengan Brazil, Turki dan Argentina. “Sebenarnya kalau mau melihat nilai tukar itu, harus dilihat nilai tukar secara global terhadap dolar AS. Sekarang ini, yang jadi perhatian dunia adalah jebolnya Lira Turki. apalagi bank sentral negara ini sangat gampang dintervensi,”tuturnya.
Fenomena negara Turki ini juga memberi dampak kepada rupiah. Buktinya, Turkey Effect menyeret rupiah ke titik terlemahnya terhadap dollar tahun ini, hingga Rp14.600 per Dolar AS.

Baca Juga :   PHRI Sulsel - IHGMA Siap Sukseskan F8

Penyebabnya, investor global fokus dengan kondisi ekonomi di Turki, seiring dengan meningkatnya kontrol ekonomi dari Presiden Erdogan, dan memburuknya hubungannya dengan Amerika Serikat.
Nilai tukar lira Turki mencatatkan depresiasi tajam. Efek Turki ini dikawatirkan membuat mata uang dolar AS menguat, dan sebaliknya melemahkan yang lain, termasuk rupiah.
“Apa yang sudah dilakukan saat ini untuk mengintervensi agar rupiah stabil saya kira sudah baik namun masih bisa lebih optimal,” tutup Poetra./Komang Ayu