BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Berbagai organisasi internasional seperti World Bank, Perserikatan Bangsa Bangsa, dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan ekonomi dan sosial.Secara umum, modal atau aset wisata dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu modal wisata budaya, alam dan manusia. Indonesia sebenarnya memiliki ketiga modal wisata tersebut.
Terkait dengan modal budaya, Indonesia sejak dulu terkenal dengan keanekaragamana budaya tradisional, dan artefak-artefak budaya dari lebih kurang 300 suku bangsa yang ada di Indonesia, dan juga tersebar khusus di Sulawesi Selatan.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu masuk Makassar yaitu Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pada Mei 2018 mencapai 659 kunjungan. Jumlah wisman Sulsel ini telah turun sebesar 38,53% jika dibandingkan dengan jumlah wisman pada bulan April 2018 yang mencapai 1.072 kunjungan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Nursam Salam pernah menyampaikan, jika dibandingkan dengan Mei 2017, maka terjadi penurunan sebesar 41,73%, dimana jumlah kunjungan Mei 2017 sebesar 1.131 kunjungan.
Wisman berasal dari Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Tiongkok dan Jerman adalah lima negara dengan jumlah wisman terbesar yang berkunjung ke Indonesia, melalui pintu masuk Makassar pada Mei 2018.
Jumlah wisman dari lima negara tersebut 511 kunjungan, atau sekitar 77,54% dari total wisman yang masuk melalui pintu masuk Makassar. Kenaikan tarif angkutan udara menjadi pendorong utama inflasi 0,37% pada Mei 2018. Pada Mei ini kenaikan harga tiket pesawat menjadi pendorong naiknya inflasi. Kenaikan terjadi di semua maskapai, dan lebih tinggi dibanding April yang hanya 0,18%, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 133,29%.
Sulsel memiliki banyak potensi wisata seperti Pantai Kanipang Pinrang, Air Terjun Leang Pa’niki Gowa, Apparalang Bulukumba, Air Terjun Tama’lulua Jeneponto, Batu Lappa Barru, Wisata Lemo dan Londa Makale Tana Toraja, Bendungan Parigi Poros Malino Gowa, Bantimurung Maros, Bendungan Kampili Gowa, Celebes Canyon Barru, Pulau Samalona Makassar, Buttu Macca Enrekang, dan lain-lain.
Selain itu, juga memiliki makanan khas seperti Baje Bandong, Bandang-Bandang, Baroncong, Barongko, Bassang, Benno, Bipang, Burasa, Coto Makassar, Cucur Bayao, Jalangkote, Kapurung, Kue Biji Nangka, Mie Titi, Nasu Palekko, Pa’piong, Pallu Butung, Pallubasa, Pisang Epe, Pisang ijo, Putu Cangkiri, Roko-roko Cangkuning, Roti Maros, Songkolo Bagadang, Sop Saudara, Sup Konro, dan Tenteng.
Menurunnya jumlah Wisma di suatu daerah, umumnya disebabkan faktor akomodasi, transportasi, jasa pariwisata, even kegiatan skala nasional atau internasional, strategi promosi, dan faktor lain yang masih mungkin terjadi.
Selain itu pula perlu mempertimbangkan persoalan atau isu penting seperti masalah keamanan dalam negeri, keterbatasan dana untuk melakukan promosi wisata, slogan atau brand image yang kurang memasyarakat untuk pariwisata, sarana transportasi yang diragukan pula akan keselamatannya, serta pelayanan masyarakat terhadap para wisatawan.
Semoga melalui potensi wisata yang ada tersebut, kehidupan pariwisata Sulsel dapat berkembang dengan baik dan memberikan peluang untuk membangun dunia usaha bagi masyarakat (nts).