BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Keripik Singkong selama ini sudah dikenal sebagai salah satu jajanan favorit masyarakat. Hal ini dilihat sebagai sebuah potensi bisnis oleh Muhammad Subhan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar, yang mencoba membangun usaha penjualan keriping singkong.
Kurang lebih satu tahun yang lalu, ia mulai membuka usaha kripik singkong yang di beri nama Kanchip (Kandora Chips). “Saya memulai usaha ini pada waktu masih semester 6. Saya mengenal dunia wirausaha, karena pada semester itu ada program mata kuliah kewirausahaan. Semua mahasiswa diajak berkenalan dengan dunia entrepreneurship,” ungkapnya.
Menurut Subhan, kripik di buat berbeda dengan kripik pada umumnya. Terlebih pada bahan pokok yang digunakan, biasanya menggunakan bahan pokok ubi kayu atau ubi jalar. Tapi Kanchips memakai bahan baku ubi ungu.
“Saya menggunakan ubi ungu, karena bahan bakunya banyak di temukan di daerah saya, Kabupaten Barru. Selain itu, ubi ungu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, juga masih sangat jarang yang mengolah ubi ungu menjadi keripik,” jelasnya.
Subhan mengatakan, masih banyak kendala yang harus dilalui dalam mengembangkan bisnisnya, salah satunya mengenai pemasaran produk. Tetapi dengan kendala tersebut, ia terus berusaha untuk melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan bisnisnya, mulai dari memperkuat brand, hingga meningkatkan kualitas cita rasa dan kemasaan.
“Saya sempat berhenti, karna banyaknya hambatan seperti kuliah. Apalagi saat ini sudah semester akhir, jadi banyak ujian dari kampus, sehingga usaha yang saya kembangkan ini tidak bisa dilakukan dengan optimal. Apalagi hanya dibantu oleh dua rekan yang sama-sama sibuk kuliah,” ujar Subhan.
Kendala lain tambahnya, bisnisnya masih tergolong baru, sehingga masih banyak yang perlu dibenahi. Apalagi untuk pemasaran masih lumayan bingung, akan dibawa kemana. Makanya Subhan memperbanyak postingan di sosial media untuk memperluas jaringan, seperti bermitra dengan toko-toko.
Dalam membangun usaha, Subhan mengaku mengeluarkan modal hanya Rp 100 ribu. Omzet yang bisa didapatkan setiap hari Rp 100 ribu atau Rp 3 juta per bulan. Jenis keripik yang dijual terdiri dari dua citarasa, original dan balado.
“Dengan adanya bantuan modal dari Kementerian Koperasi, saya ingin lebih fokus dalam pengembangan brand dan kemasan dari produk. Sampai saat ini juga saya masih meminta pendapat dosen pembimbing kewirausahaan, untuk memberi ide atau saran dalam membangun usaha,” tuturnya./Komang Ayu