BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Datang ke Kabupaten Kepulauan Selayar tak membutuhkan waktu lama. Dulu untuk kesana membutuhkan 9 jam lewat jalur darat dan laut, kini hanya membutuhkan waktu kurang lebih 40 menit untuk tiba di Bandara H Aroepala, Pulau Serlayar.
Itu karena sejak 16 April 2018 Garuda Indonesia telah membuka rute barunya dari Makassar ke Selayar, dan Selayar ke Makassar pulang pergi. Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kepulauan Selayar, Dr Ir H Marjani Sultan, M. Si mengaku dengan adanya rute baru ini, akan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan wisata di Selayar.
“Saya kira sangat berkontribusi, karena beberapa para wisatawan khususnya dari luar negeri itu selalu mempertanyakan Garuda Indonesia. Jadi mungkin ada beberapa grup pelancong dari Eropa yang memperhatikan hal seperti itu,” ujarnya saat menerima rombongan Famtrip Garuda Indonesia, di Kantor Bupati Kepulauan Selayar, Rabu (18/4/2018) lalu.
Garuda Indonesia akan melayani penerbangan Makassar – Selayar pulang pergi, tiga kali setiap minggunya, Senin, Rabu dan Jumat, menggunakan armada ATR 72-600 yang memiliki kapasitas penumpang 70 kursi. Berangkat dari Makassar pukul 14.10 WITA, dan tiba pukul 15.00 WITA. Sementara penerbangan dari Selayar menuju Makassar pada pukul 15.35 WITA dan tiba pukul 16.15 WITA.
“Selayar memiliki potensi wisata khususnya wisata bahari yang menarik bagi wisatawan, khususnya Taman Nasional Taka Bonerate. Dengan dibukanya rute ini, kami berharap kiranya dapat mempermudah akses bagi wisatawan untuk menjangkau destinasi wisata di Selayar,” tutur Wayan Supatrayasa, Vice President Garuda Indonesia Kasulampua.
Disambut Sekda Kepulauan Selayar, rombongan diberikan informasi terkait objek wisata yang ada di Kepulauan Selayar. setelahnya rombongan melanjutkan perjalannya ke objek Wisata Budaya, Gong Nekara.
Dijelaskan Staf Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Budaya Kabupaten Kepulauan Selayar, Ermawati, gong nekara atau disebut the bronzen drum diyakini merupakan gong terbesar dan tertua di dunia, peninggalan Tiongkok yang berada di Kepulauan Selayar, sekitar 2.000 tahun silam, dan diyakini memiliki kekuatan gaib.
“Menurut cerita nenek moyang, gong itu memiliki tiga fungsi pada masa Kerajaan Putabangun, yakni fungsi keagamaan, sosial budaya, dan politik. Pertama kali ditemukan seorang penggarap kebun bernama Pao pada tahun 1969. Barang itu ditemukan di dalam tanah dengan kedalaman 2-3 meter di Papam Laheo, Lingkungan Bontosaile.
Esok harinya peserta Famtrip mengunjungi pulau Bahuluang. Destinasi wisata ini bisa di tempuh menggunakan kapal dari Dermaga Appatanah sekita 40 kilometer dari Resort Sunari. Biaya perahu berkisar Rp 500.000 – Rp 700.000 dengan kapasitas muatan sampai 12 orang per kapal.
Pulau Bahuluan merupakan patahan karang yang terbawa arus, lalu membentuk daratan kecil di lautan. Wisatawan bisa menikmati indahnya panorama alam dengan hamparan pasir putih. Di pulau ini juga wisatawan bisa melakukan kegiatan snorkeling maupun diving./Komang Ayu