Perkuat Benteng Alami, Tumbuhkan Ekonomi

159
Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.  Bukan hanya menjadi benteng alami yang melindungi pantai dari abrasi, gelombang laut dan menjadi tempat peresapan air laut ke daratan, tetapi juga memiliki fungsi vital dalam penyerapan karbon dan menyediakan habitat bagi berbagai jenis burung dan spesies laut seperti ikan, kepiting dan organisme lain. POTO : BALI PUTRA

 

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.  Bukan hanya menjadi benteng alami yang melindungi pantai dari abrasi, gelombang laut dan menjadi tempat peresapan air laut ke daratan, tetapi juga memiliki fungsi vital dalam penyerapan karbon dan menyediakan habitat bagi berbagai jenis burung dan spesies laut seperti ikan, kepiting dan organisme lain. Yang tentu, menjadi potensi ekonomi bagi warga pesisir, utamanya yang berprofesi sebagai nelayan.

Senior Development Environment Advisor dari Yayasan Maero, Dr. Irwan mengatakan hal itu saat memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya peran mangrove dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Sosialisasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) “Ecoeduwisata Mangrove” PT Pertamina Patra Niaga Sulawesi yang dirangkai penanaman bibit mangrove di Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Rabu (28/08/2024).

Bukan hanya itu, mangrove juga menyediakan sumber mata pencaharian bagi komunitas lokal seperti nelayan dan pengumpul kerang, begitu pula dengan kayu mangrove yang kuat dan tahan air, juga dapat digunakan sebagai bahan konstruksi, pembuatan perabot, dan bahan bakar kayu.

Mangrove juga menyediakan sumber mata pencaharian bagi komunitas lokal, utamanya seperti para nelayan dan pengumpul kerang. POTO : BALI PUTRA

Melihat peran penting mangrove, PT Pertamina Patra Niaga Sulawesi melalui salah satu unit operasi, Integrated Terminal Makassar menjalankan program TJSL “Ecoeduwisata Mangrove” dengan menanam bibit mangrove di Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, Makassar.

Mengusung tema “Sejuta Akar, Sejuta Harapan”,  selain melakukan penanaman, saat itu juga diserahkan 3.000 bibit mangrove kepada Kelompok Bangkona Parangloe. Di mana, Pertamina Patra Niaga Sulawesi memiliki harapan besar, kelompok Bangkona yang merupakan binaannya, bisa menjadi pusat pembibitan mangrove di Kota Makassar.

Karena bibit mangrove yang ditanam, lebih cocok dengan lahan Ketika diambil dari pembibitan di dekat lokasi penanaman. Dibandingkan mendatangkan bibit dari daerah lain yang peluang tumbuhnya lebih kecil. Karena diketahui, mangrove tumbuh menyesuaikan dengan jenis dan lokasi lahan.

Baca Juga :   DAMPAK BANJIR TERHADAP PEREKONOMIAN SULSEL
Penanaman bibit mangrove sebagai rangkaian pelaksanaan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) “Ecoeduwisata Mangrove” PT Pertamina Patra Niaga Sulawesi di Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Rabu (28/08/2024). POTO : ISTIMEWA

“Kegiatan kami tidak berhenti hanya sampai di sini. Semoga Kelompok Bangkona Parangloe yang merupakan kelompok binaan kami, bisa menjadi pusat pembibitan mangrove di Kota Makassar. Ini menjadi potensi sumber penghasilan bagi masyarakat, utamanya bagi anggota kelompok binaan itu sendiri,” ujar Area Manager Communication, Relation, & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw.

Program ini merupakan komitmen Pertamina Patra Niaga dalam menjalankan TJSL, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjadi program pemerintah yang notebena mewajibkan perusahaan berkontribusi nyata terhadap lingkungan sekitar. Termasuk untuk mitigasi bencana banjir.

“Program ini sejalan dengan program pemerintah untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) diantaranya  penanganan perubahan iklim dan ekosistem kelautan,” tambah Fahrougi.

Program penanaman mangrove, mendapat dukungan berbagai pihak. Terlihat dari kehadiran mereka di lokasi, diantaranya dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindun (BPDASHL) Jeneberang Saddang, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sulawesi dan Maluku, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sulawesi Selatan.

ada juga dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar, Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Makassar, Bagian Administrasi dan Pembangunan Kota Makassar, Koramil Tamalanrea, Polsek Tamalanrea, Camat Tamalanrea, Lurah Parangloe, LPM Parangloe, Kelompok Bangkona Parangloe, Kelompok Nelayan Parangloe dan Yayasan Masayarakat Ekologi dan Reaksi Konservasi.

Lurah Parangloe, Irwan Rahim menyebutkan, peran serta pemerintah, BUMN dalam hal ini Pertamina Patra Niaga Sulawesi, organisasi non-pemerintah, komunitas, relawan dan lainnya, merupakan contoh konkret dari semangat gotong-royong dalam menjaga alam lingkungan.

Ia berharap, langkah yang dilakukan bersama berdampak besar bagi kelangsungan hidup generasi mendatang.

Baca Juga :   XL Axiata - Bakamla Bangun Desa Maritim di Asahan

Bukan hanya bermanfaat untuk alam dan lingkungan, kegiatan semacam ini juga diharapkan dapat menumbuhkan kreatifitas generasi muda di bidang pesisir dan laut, sehingga menambah ketertarikan mereka untuk melanjutkan pendidikan di bidang tersebut.

Hingga saat ini, di Kelurahan Parangloe ada kelompok nelayan yang bernama kelompok nelayan Gamasi. Kelompok ini memiliki jumlah total 21 nelayan yang bertugas sebagai pengurus dan anggota. Mereka rata-rata merupakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu jukung bermesin kecil untuk aktifitas keseharian. Setiap harinya, mereka memanfaatkan pesisir, muara dan sekitar kawasan mangrove Parangloe sebagai tempat mendapatkan penghasilan.

Ketua Kelompok Bangkona Parangloe, Patahuddin Baso mengatakan, keberadaan mangrove memberi nilai tambah dan bermanfaat bagi nelayan di sekitar yang notabena nelayan tradisional. Karena di kawasan mangrove, terdapat banyak spesies laut seperti ikan, kepiting, udang dan lainnya. Bukan hanya itu, mangrove juga berdampak bagi masyarakat karena hawa panas dari laut dapat dinetralisir sehingga kawasan pemukiman mereka menjadi lebih sejuk.

“Mangrove juga dapat menyerap kandungan minyak di laut selain sebagai penangkal abrasi,” sebutnya, Kamis (12/09/2024)

Keberadaan mangrove memberi nilai tambah dan bermanfaat bagi nelayan di sekitar yang notabena nelayan tradisional. Karena di kawasan mangrove, terdapat banyak spesies laut seperti ikan, kepiting, udang dan lainnya. POTO : BALI PUTRA

Kelompok Bangkona Parangloe terbentuk empat tahun lalu melibatkan 20 RT dan 6 RW, dengan pendampingan dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan. Kelompok yang beranggotakan sekitar 30 orang,  pernah dikunjungi pengusaha muda luar negeri asal Austria yang notabena peduli lingkungan. Ia melakukan survei langsung ke hulu Sungai Parangloe dan menyatakan ketertarikan untuk menanam mangrove lebih banyak. Apalagi Parangloe juga memiliki sungai yang panjang sehingga potensial untuk dibangun objek wisata sungai

“Hanya saja, sampai sekarang belum terealisasi. Kami diarahkan untuk membangun kerjasama (MoU) dengan kelompok lain di sekitar seperti kelompok Untia dan Lantebung,” ujar Patahuddin.

Baca Juga :   Surga Investasi, Sulsel Dipilih jadi Sentra Peliputan Jelajah Investasi 2023

Belajar dari Lantebung yang sudah berkembang, mangrove dapat meningkatkan penghasilan nelayan setempat karena ikan, udang, kepiting bertelur di sana sehingga jumlah ikan, udang kepiting semakin banyak. Hasil tangkapan nelayan pun meningkat. “Di Parangloe, rata-rata warga masyarakat nelayan dan tambak. Di samping petani sawah. Parangloe sendiri pernah menyabet juara hasil produksi tingkat nasional karena bertahan dengan udang windo,” sebutnya.

Terkait  bibit mangrove, Patahuddin mengatakan penting bagi Parangloe bisa melakukan pembibitan sendiri. Karena, kemungkinan tumbuh di Parangloe jauh lebih besar dibandingkan bibit yang didatangkan dari luar.

“Tumbuhnya mangrove, dipengaruhi juga oleh kondisi lokasi. Kalau didatangkan dari luar, kemungkinan tumbuhnya bisa hanya 10 – 15 persen, kalau tanahnya tidak cocok,” ujar pria asli Parangloe itu.

Pertamina Patra Niaga Sulawesi menyerahkan bantuan program kepada Kelompok Bangkona Parangloe dan berharap, kelompok yang merupakan binaannya bisa menjadi pusat pembibitan mangrove di Makassar. POTO : ISTIMEWA

Dengan 3.000 bibit bantuan Pertamina Patra Niaga Sulawesi, diperkirakan dapat menanam mangrove di lahan seluas setengah hektare dengan jarak tanam 60 senti meter.  Sedangkan kawasan pesisir dan muara yang berpotensi dapat ditanami mangrove di Parangloe mencapai 5 hektare.

Keberadaan kelompok Bangkona, siap menfasilitasi setiap intansi atau siapapun yang berniat melakukan penanaman mangrove. Karena untuk menanam mangrove, itu tidak mudah. Dibutuhkan penyangga, rakit, tirai dan lainnya. Sebagaimana Pertamina Patra Niaga Sulawesi yang sudah menjalin kerjasama dalam lima tahun ke depan.

“Paling mendesak kami butuhkan saat ini, jembatan atau dermaga untuk memudahkan akses ketika ada program penanaman,” akunya.

Bali Putra