BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Oleh-oleh atau “buah tangan” memiliki makna komunikasi. Ada pesan yang ingin disampaikan ketika seseorang membawakan atau menitip oleh-oleh.
Pertama, menunjukkan bahwa orang yang mengirim oleh-oleh itu masih hidup. Ya, masih hidup. Setelah tiga bulan berada di Bali, dia ingin memberi kabar gembira kepada para keluarganya di Polewali menunjukkan dirinya masih hidup dan sehat wal afiat dengan cara mengirim oleh-oleh. Sebab hanya orang yang hiduplah yang bisa mengirim oleh-oleh. Bukan dengan cara meng-sms, mengirim surat atau menitip salam. Tetapi dengan cara mengirim oleh-oleh, tanpa kata-kata ataupun tanpa surat tertulis.
Kedua, menunjukkan rasa kasih sayang kepada yang diberikan oleh-oleh. Artinya orang yang mengirim ini masih memerhatikan orang yang dikirimi. Dalam hal ini, tante dapat dikatakan masih menyayangi para keluarganya yang ada di Polewali. Jika dia tidak menyayanginya, untuk apa dia mengirim oleh-oleh? Ini juga membuktikan bahwa orang-orang yang dikirimi oleh-oleh tersebut adalah orang-orang yang selama ini berbuat kebaikan kepadanya. Jika tidak demikian, tentu dia tidak akan senang menerima oleh-oleh tersebut.
Ketiga, menunjukkan aktuliasasi diri. Ini berarti orang yang mengirim oleh-oleh tersebut ingin memperlihatkan keberhasilan dirinya selama bepergian. Dia ingin memberitahu orang lain bahwa kepergiannya ke suatu daerah adalah memiliki manfaat untuk dirinya dan orang lain. Dengan mengirim oleh-oleh, ia memperlihatkan dirinya sebagai orang yang sukses dan eksis dalam kehidupan bersosial.
Sebenarnya meminta oleh-oleh itu, dalam pandangan saya kurang tepat. Karena akan menyusahkan orang lain. Berbeda halnya jika itu adalah inisiatif sendiri. Bagi mereka yang kuat nilai-nilai sosialnya, membawa oleh-oleh adalah satu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar.
Dewasa ini kebiasaan membawa oleh-oleh semakin lama semakin berkurang, walaupun masih berlaku. Disamping karena tidak mau repot, biasanya oleh-oleh yang dibawa tidak disukai oleh si penerima./Penulis: Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Makassar.