BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Triwulan pertama awal tahun menjadi sesuatu yang mendebarkan bagi para pelaku bisnis hotel. Itu karena sudah masuk low season, dimana anggaran untuk melaksanakan kegiatan maupun menginap dari lembaga pemerintah maupun swasta belum keluar. Padahal keduanya merupakan target pasar yang menjadi bidikan utama hotel.
Akhir tahun merupakan masa panen bagi hotel. Sedangkan Januari hingga Maret masuk bulan low occupancy atau sering disebut low season. Biasanya hotel memberikan spesial harga dan gencar melakukan sales call, untuk menarik tamu.
Upaya yang dilakukan paling tidak dapat membantu hunian naik antara 5 persen sampai 7 persen dari target yang diberikan manajemen. Tingkat hunian pada saat low season, paling tingga hunian hanya 40 persen, dengan memberikan special rate itu akan bisa mendongkrak penjualan.
Mengenai prospek bisnis hotel tahun 2018, Anggiat berharap bisa mencapai angka 67,2 persen, dibandingkan tahun lalu yang rata-rata hunian 65,5 persen. Itu karena tahun 2018 ini pertumbuhan ekonomi diprediksi sudah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
Malam pergantian tahun memang menjadi masa dimana hotel-hotel panen. Tapi bukan berarti menjadi paramater perjelanan hunian 1 tahun. Itu hanya 1 malam saja, dan butkinya pada tanggal 1 dan seterusnya akan langsung drop. Karena dilanjutkan dengan masuknya low season.
Saat perayaan tahun baru, rata-rata hotel di Makassar mencapai tingkat okupansi antara 80 persen sampai 100 persen. Di luar itu, promosi food and beverage juga ditingkatkan, dan ikut mendukung income perusahaan.
Saat ini di Makassar sudah ada 385 hotel, baik kategori bintang maupun non bintang, dengan total jumlah 14.690 kamar. Kondisi ini sudah ideal, dan harapannya hingga tiga tahun kedepan untuk sementara tidak ada lagi pertambahan hotel./PENULIS : KETUA PHRI SULSEL