*Cegah Virus ASF, Dinas Pertanian Masifkan Penanganan Ternak Babi di Luwu Utara* Luwu Utara — Virus African swine fever (ASF) atau flu babi Afrika kini sudah mulai terdeteksi di Kabupaten Luwu Utara sejak April 2023 lalu. Di mana pada 24 April, Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kecamatan Mappedeceng menerima laporan kematian ternak babi di Desa Mekar Jaya dengan tanda-tanda klinis sebelum mati, yaitu tak mau makan, demam tinggi, feces encer berwarna hitam kecokelatan, pendarahan di hidung dan telinga, sesak napas dan berak darah. Dengan ditemukannya kasus tersebut, Puskeswan langsung mengambil langkah cepat dengan mengoordinasikan kejadian tersebut ke Dinas Pertanian Luwu Utara. Gayung pun bersambut. Pada 28 April 2023, Dinas Pertanian langsung turun ke lapangan melakukan surveillance. Selang sehari, Dinas Pertanian bersama Tim Balai Besar Veteriner (BBVET) Maros mengambil sampel ternak babi di Desa Mekar Jaya, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Pada 2 Mei 2023, terkonfirmasi bahwa hasil uji laboratorium BBVET Maros diyatakan ternak babi tersebut positif virus ASF. Hingga saat ini, 15 Mei 2023, berdasarkan data Dinas Pertanian Luwu Utara, tercatat 4.755 ekor babi telah mati, yang tersebar di Kecamatan Tanalili, Bonebone, Sukamaju, Sukamaju Selatan, Sabbang dan Sabbang Selatan. Guna mengantisipasi agar kasus kematian babi tidak meluas, Dinas Pertanian memasifkan penanganan ternak babi. Kepala Dinas Pertanian Luwu Utara, Rusydi Rasyid, mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah memasifkan penanganan ternak babi di seluruh wilayah Luwu Utara, mulai dari sosialisasi di sentra-sentra peternakan babi, pengobatan ternak babi yang sakit, pembagian desinfektan, menerbitkan Surat Edaran Bupati tentang Penutupan Lalu Lintas Ternak Babi yang ditujukan ke para Camat/Desa/Lurah, serta membentuk Tim Terpadu Kewaspadaan Penyebaran Flu Babi. “Ini semua kita lakukan dalam rangka untuk meminimalisir risiko penularan flu babi. Sekaligus sebagai upaya deteksi dini, serta upaya pencegahan penyebarannya di level peternakan,” jelas Rusydi Rasyid, Senin (15/5/2023), di Masamba. Rusydi menjelaskan bahwa terkait sosialisasi, pihaknya terus memberikan pemahaman terkait penyakit ASF ini. Salah satunya adalah mengingatkan masyarakat bahwa penyakit flu babi ini memiliki tingkat kematian 100%. Kendati demikian, kata dia, penyakit flu babi ini tidak bersifat zoonosis alias tidak menular ke manusia. Sementara terkait pembentukan Tim Terpadu Kewaspadaan Penyebaran Flu Babi, Rusydi menyebutkan bahwa tim ini terdiri dari dokter hewan dan paramedik peternakan yang berjumlah 87 orang, yang terdiri dari 7 dokter hewan, dan 80 paramedik peternakan. “Tugas utama dari tim ini adalah melaporkan perkembangan kasus penyakit flu Babi,” sebut Rusydi. Selain itu, lanjut dia, juga memberikan informasi dan edukasi terhadap kewaspadaan penyakit flu babi serta melakukan pengawasan lalu lintas ternak babi, baik yang masuk maupun yang keluar daerah antarkabupaten/kota dan antarprovinsi. “Ini adalah upaya-upaya penanganan dan pengendalian yang kami lakukan, sekaligus langkah-langkah pencegahan agar kasus virus African swine fever (ASF) atau flu babi Afrika ini tidak semakin melebar,” pungkasnya. (LH)

188

BISNISSULAWESI.COM, LUWI UTARA – Virus African swine fever (ASF) atau flu babi Afrika kini sudah mulai terdeteksi di Kabupaten Luwu Utara sejak April 2023 lalu. Di mana pada 24 April, Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kecamatan Mappedeceng menerima laporan kematian ternak babi di Desa Mekar Jaya dengan tanda-tanda klinis sebelum mati, yaitu tak mau makan, demam tinggi, feces encer berwarna hitam kecokelatan, pendarahan di hidung dan telinga, sesak napas dan berak darah.

Dengan ditemukannya kasus tersebut, Puskeswan langsung mengambil langkah cepat dengan mengoordinasikan kejadian tersebut ke Dinas Pertanian Luwu Utara. Gayung pun bersambut. Pada 28 April 2023, Dinas Pertanian langsung turun ke lapangan melakukan surveillance. Selang sehari, Dinas Pertanian bersama Tim Balai Besar Veteriner (BBVET) Maros mengambil sampel ternak babi di Desa Mekar Jaya, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Pada 2 Mei 2023, terkonfirmasi bahwa hasil uji laboratorium BBVET Maros diyatakan ternak babi tersebut positif virus ASF. Hingga saat ini, 15 Mei 2023, berdasarkan data Dinas Pertanian Luwu Utara, tercatat 4.755 ekor babi telah mati, yang tersebar di Kecamatan Tanalili, Bonebone, Sukamaju, Sukamaju Selatan, Sabbang dan Sabbang Selatan. Guna mengantisipasi agar kasus kematian babi tidak meluas, Dinas Pertanian memasifkan penanganan ternak babi.

Kepala Dinas Pertanian Luwu Utara, Rusydi Rasyid, mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah memasifkan penanganan ternak babi di seluruh wilayah Luwu Utara, mulai dari sosialisasi di sentra-sentra peternakan babi, pengobatan ternak babi yang sakit, pembagian desinfektan, menerbitkan Surat Edaran Bupati tentang Penutupan Lalu Lintas Ternak Babi yang ditujukan ke para Camat/Desa/Lurah, serta membentuk Tim Terpadu Kewaspadaan Penyebaran Flu Babi.

Baca Juga :   Permudah Layanan Pembayaran PBB, Bapenda Gandeng BI Sulsel

“Ini semua kita lakukan dalam rangka untuk meminimalisir risiko penularan flu babi. Sekaligus sebagai upaya deteksi dini, serta upaya pencegahan penyebarannya di level peternakan,” jelas Rusydi Rasyid, Senin (15/5/2023), di Masamba. Rusydi menjelaskan bahwa terkait sosialisasi, pihaknya terus memberikan pemahaman terkait penyakit ASF ini. Salah satunya adalah mengingatkan masyarakat bahwa penyakit flu babi ini memiliki tingkat kematian 100%.

Kendati demikian, kata dia, penyakit flu babi ini tidak bersifat zoonosis alias tidak menular ke manusia. Sementara terkait pembentukan Tim Terpadu Kewaspadaan Penyebaran Flu Babi, Rusydi menyebutkan bahwa tim ini terdiri dari dokter hewan dan paramedik peternakan yang berjumlah 87 orang, yang terdiri dari 7 dokter hewan, dan 80 paramedik peternakan. “Tugas utama dari tim ini adalah melaporkan perkembangan kasus penyakit flu Babi,” sebut Rusydi.

Selain itu, lanjut dia, juga memberikan informasi dan edukasi terhadap kewaspadaan penyakit flu babi serta melakukan pengawasan lalu lintas ternak babi, baik yang masuk maupun yang keluar daerah antarkabupaten/kota dan antarprovinsi. “Ini adalah upaya-upaya penanganan dan pengendalian yang kami lakukan, sekaligus langkah-langkah pencegahan agar kasus virus African swine fever (ASF) atau flu babi Afrika ini tidak semakin melebar,” pungkasnya. (LH)