Tinggi, Minat Penghimpunan Dana di Pasar Modal

178
Kepala OJK Regional 6 Sulampua, Darwisman saat menyampaikan sambutan pada Market Outlook 2023 “A Guessing Game” yang digelar Panin Sekuritas di Hotel Aryaduta Makassar, Rabu (07/12/202) malam. POTO : ARYA YULIA /BISNISSULAWESI.COM

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Minat untuk penghimpunan dana di pasar modal masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp 226,49 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 61 emiten.

Hal tersebut disampaikan Kepala OJK Regional 6 Sulampua, Darwisman saat menyampaikan sambutan pada Market Outlook 2023 “A Guessing Game” yang digelar Panin Sekuritas di Hotel Aryaduta Makassar, Rabu (07/12/202) malam.

Dikatakan Darwisman, hingga 25 November 2022, penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, terdapat 11 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 314 Penerbit. Kemudian ada sebanyak 129.958 pemodal dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 661,32 miliar.

“Di pipeline, masih terdapat 91 rencana Penawaran Umum dengan nilai sebesar Rp 96,29 triliun dengan rencana Penawaran Umum oleh emiten baru sebanyak 57 perusahaan,” ujarnya

Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 7,59 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp 81,49 triliun. Secara ytd, yield SBN meningkat rata-rata sebesar  57,54 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp 154,41 triliun.

Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor nonresident tercatat sebesar Rp 40 miliar (mtd) atau Rp 530 miliar (ytd). Secara ytd, NAB turun sebesar 11,46 persen dan masih tercatat net redemption sebesar Rp 78,35 triliun.

Berbicara pertumbuhan ekonomi nasional, Darwisman mengatakan, pada triwulan III 2022 pertumbuhan ekonomi nasional tercatat sebesar 5,72% (yoy). Menguatnya pemulihan ekonomi ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi Q3 2022 dibandingkan Q2 2022 sebesar 1,8% (qtq). Kinerja perekonomian yang kuat dan selaras dengan kualitas pemulihan ekonomi terus terjaga ditandai juga dengan berlanjutnya perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Agustus 2022.

Baca Juga :   PJ Sekda Sampaikan Pendapat Gubernur Terhadap Tiga Ranperda Inisiatif DPRD Sulsel

Indikator perekonomian terkini juga menunjukkan kinerja ekonomi nasional masih cukup baik, terlihat dari neraca perdagangan yang terus mencatatkan surplus.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 kembali mencatat surplus, yakni 5,67 miliar dolar AS. Bank Indonesia kembali meningkatkan suku bunga acuan sebesar 50 bps untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar. Namun demikian, laju pemulihan perekonomian maupun intermediasi sektor keuangan belum terlalu terdampak atas kenaikan suku bunga dimaksud.

Di Sulsel sendiri kata Darwisman, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulsel juga melanjutkan recovery pasca covid-19. Terlihat dari ekonomi pada Kuartal III 2022 yang berhasil tumbuh sebesar 5,67% lebih tinggi dari Kuartal II 2022, 5,02%. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga didukung inflasi yang cukup terkendali di level 6,12% secara yoy.

Sementara itu, secara global, Darwisman menjelaskan, sejumlah lembaga internasional memperkirakan ekonomi global akan tumbuh melambat di 2023 disebabkan oleh pengetatan kebijakan moneter global, tingginya harga komoditas energi dunia yang dipengaruhi tensi geopolitik, dan masih persistennya tingkat inflasi di level yang tinggi.

Ketidakpastian kedepannya masih cukup tinggi dengan downside risk yang masih cukup lebar terutama potensi disrupsi cadangan gas di eropa yang dapat mendorong kenaikan harga komoditas energi, serta dampak kenaikan suku bunga terhadap sektor properti, kemampuan debt servicing korporasi dan rumah tangga serta volatilitas pasar keuangan terutama di emerging market

Penurunan inflasi masih tertahan tingginya harga komoditas khususnya komoditas energi namun pelemahan demand saat ini lebih mendominasi sehingga tekanan inflasi dapat menurun. Perkembangan kebijakan bank sentral utama juga perlu tetap dipantau, antara lain The Fed kembali menaikkan FFR 75 bps ke level 3,75% – 4,00%. Bank of England (BoE) kembali menaikkan policy rate 75 bps menjadi 3,0%,

Baca Juga :   Hadiri Agenda Apeksi 2024, Makassar Boyong 300 Peserta

Sementara People’s Bank of China (PBoC) masih mempertahankan policy rate tetapi menurunkan GWM sebesar 25 bps menjadi 7,8%. Dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, pengetatan kebijakan moneter global yang agresif, pergerakan suku bunga serta fenomena “strong dollar” berpotensi menaikkan cost of fund dan mempengaruhi ketersediaan likuiditas yang pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi dan investasi nasional.

Market Outlook 2023 “A Guessing Game” juga dihadiri Presiden Direktur PT Panin Sekuritas Tbk, Indra Christanto, Kepala Kantor Perwakilan BEI Sulsel, Fahmin Amirullah dengan narasumber, Nico Laurens CFA, FRM (Head of Researh Panin Sekuritas)

Bali Putra