Sebanyak 777,44 Ribu, Penduduk Miskin di Sulawesi Selatan 

223
POTO : ILUSTRASI, DOK. BISNISSULAWESI.COM

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan pada Maret 2022, sebanyak 777,44 ribu orang. Angka ini meningkat 11,98 ribu jiwa, dibandingkan September 2021 dan menurun 7,54 ribu jiwa dibandingkan Maret 2021.

Pada laporan bulanan Data Sosial Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan Oktober 2022, tercatat persentase penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 8,63 persen atau meningkat 0,10 poin dibandingkan kondisi September 2021 dan menurun 0,15 poin dibandingkan dengan kondisi Maret 2021.

Selama periode Maret 2021 – Maret 2022, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan meningkat 0,3 poin. Secara absolut terjadi peningkatan penduduk miskin
sebanyak 17,03 ribu orang, yaitu dari 191,50 ribu orang pada Maret 2021 menjadi 208,53
ribu orang pada Maret 2022.

Kurun waktu yang sama, di daerah perdesaan terjadi sebaliknya. Persentase penduduk miskin di perdesaan menurun 0,42 poin. Secara absolut, jumlah penduduk miskin di perdesaan menurun 24,57 ribu orang dari 593,48 ribu orang pada Maret 2021 menjadi 568,91 ribu orang pada Maret 2022.

Penurunan persentase kemiskinan secara agregat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
indikasi bertumbuhnya perekonomian masyarakat seiring menurunnya angka kejadian
Covid-19 hingga Maret 2022.

Terdapat perbedaan persentase penduduk miskin yang signifikan antara daerah perkotaan dan perdesaan. Persentase penduduk miskin di pedesaan lebih besar jika dibandingkan dengan perkotaan. Pada Maret 2022, persentase penduduk miskin di perdesaan tercatat
11,63 persen sedangkan untuk perkotaan sebesar 5,07 persen.

Selama Maret 2021 – Maret 2022, Garis Kemiskinan mengalami kenaikan, yaitu dari
Rp 372.491,- per kapita per bulan menjadi Rp 399.755,- per kapita per bulan atau
meningkat sebesar 7,32 persen.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih
besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan,
dan kesehatan). Pada bulan Maret 2021 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 74,97
persen dan pada bulan Maret 2022 peranannya sedikit menurun menjadi 74,90 persen.
11. Peranan GKM terhadap GK untuk daerah perkotaan pada bulan Maret 2021 sebesar 71,04 persen kemudian meningkat menjadi 71,16 persen pada bulan Maret 2022.

Baca Juga :   Meningkat, Minat Perusahaan Memobilisasi Dana Jangka Panjang Melalui Pasar Modal

Sementara untuk daerah perdesaan pada bulan Maret 2022 sebesar 78,34 persen, mengalami penurunan sebesar 0,08 poin dari bulan Maret 2021 yang sebesar 78,42 persen.

Pada bulan Maret 2021 untuk daerah perkotaan, sumbangan GKBM terhadap GK sebesar
28,96 persen, sedangkan pada bulan Maret 2022 sedikit menurun menjadi 28,84 persen.
Sementara itu untuk daerah perdesaan, pada bulan Maret 2021 peranannya sebesar
21,58 persen dan meningkat menjadi 21,66 persen pada bulan Maret 2022.
13. Komoditi makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras yang
menyumbang sebesar 25,68 persen di perdesaan dan 19,63 persen di perkotaan terhadap
GK.

Di wilayah perkotaan, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup
besar terhadap Garis Kemiskinan adalah: rokok kretek filter (11,24 persen), dan telur ayam ras (3,93 persen). Di wilayah perdesaan, komoditas makanan lainnya yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan garis kemiskinan adalah rokok kretek filter (13,14 persen), telur ayam ras (3,97 persen), dan bandeng (3,48 persen).

Komoditi bukan makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah pengeluaran
perumahan. Pada Maret 2022, sumbangan pengeluaran perumahan terhadap GK
sebesar 8,66 persen di perdesaan dan 10,41 persen di perkotaan.

Selain perumahan, barang-barang kebutuhan non makanan lain yang berpengaruh cukup
besar terhadap Garis Kemiskinan diantaranya adalah bensin (3,40 persen di perkotaan
maupun di perdesaan), listrik (3,25 persen di perkotaan dan 1,36 persen di perdesaan),
pendidikan (2,07 persen di perkotaan dan 1,14 persen di perdesaan) dan perlengkapan
mandi (1,55 persen di perkotaan dan 0,90 persen di perdesaan).