Lain Walikota, Lain Gaya

360

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR –  Sejak pemerintahan RI tahun 1951 sampai sekarang (era Ramdhan Pomanto), maka Makassar telah dipimpin 13 Walikota. Mulai dari Walikota Sampara Dg.Lili (1951-1952).
Namun bila ingin menelusuri jejak pemerintahan Kota Makassar, maka dimulai di era Walikota Makassar, H.M.Daeng Patompo (1965-1978). Pasalnya, warga Makassar melihat sosok Patompo identik dengan awal kemajuan kota Makassar. Ia begitu melegenda dan fenomenal,dengan sukses merintis ide “Makassar Metropolitan”.
Selain walikota terlama, ia juga dikenal sebagai walikota yang telah melakukan perubahan di Makassar secara spektakuler. Misalnya, perluasan kota yang mengambil sebagian wilayah kabupaten Gowa dan Maros, memberi tambahan tiga kecamatan, Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya, meskipun dengan konsekwensi harus mengubah nama Makassar menjadi kota Ujung Pandang. Selain itu, Patompo membangun kawasan Jl.A.P.Pettarani, Tanggul Patompo, pembuatan jalan-jalan dalam kota, dan sejumlah gedung SD Pembangunan.
Gaya kepemimpinan Patompo, memang dinilai unik, humoris, dan ada yang menggelarnya ‘walikota gila’. Namun dari gayanya itu, justeru Patompo telah mengubah Makassar secara luar biasa.
Sesudah Patompo, maka gaya Walikota Abustam (1976-1982) lebih menonjolkan pembangunan taman di hampir semua sudut kota. Sepanjang tepi jalan dalam kota rimbun dengan pepohonan. Karena itulah, Abustam digelar ‘Wagiman’ (Walikota gila taman).
Walikota Jancy Raib (1982-1988), adalah walikota ke-8 menggantikan Abustam. Gaya Jancy dikenal pendiam dengan penampilan necis. Tidak banyak bicara, namun dibalik diamnya, ia sibuk membayar utang Pemda yang masih tersisa sejak dari Patompo hingga Abustam. Jancy pun mampu melunasinya.
Kemudian Soewahyo tampil jadi walikota setelah Jancy Raib. Dia memerintah tahun 1988-1993, dan membawa PSM Makassar juara kompetisi perserikatan dan menboyong Piala Presiden. Soewahyo cukup memberi perhatian terhadap olah raga di Makassar. Dan untuk kepentingan olah raga, Soewahyo melakukan perbaikan lapangan Karebosi, dan sejumlah infrastruktur di kota ini.
Setelah Soewahyo, Makassar tak lagi dipimpin dari kalangan militer. H.A.Malik B.Masry tampil jadi walikota Makassar (1994-1999). Gaya Malik pun dikenal impresif. Retorikanya pun bersemangat. Ia berambisi ‘menyulap’ Makassar seperti kota Abu Dhabi, yang terang di malam hari. Bagi Malik, kalau Makassar hidup 24 jam, maka ekonomi pun tumbuh lebih cepat. Sampah diperangi dengan sistem kontainer.
Selanjutnya, era HB Amiruddin Maula pun tampil jadi walikota tahun 1999-2004. Gaya Maula yang dikenal tenang dengan performance bak seorang dosen mencatat prestasi mengembalikan nama Makassar dan menetapkan hari jadinya kota Makassar pada tanggal 9 November 1607. Selain itu, perbaikan infrastruktur kota juga jadi perhatian penuh Maula, dan berhasil membuat jembatan penghubung Tg.Bunga-Barombong.
Walikota Ilham Arief Sirajuddin memerintah dua periode (2004-2014). Dikenal sosok Walikota yang enerjik dan “gila’ kerja. Di era Ilham, lapangan Karebosi dan pantai Losari sukses direvitalisasi. Tanpa sepeser pun pake dana APBD. Itu pun harus melewati hadangan unjuk rasa dan gugatan. “Membangun Makassar memang harus ‘setengah syaraf’,baru bisa maju,” tuturnya tersenyum.
***Mohamad Rusman

Baca Juga :   Masa Depan Bangsa di Tangan Pemuda