// ]]> -->
BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – UIN Alauddin Makassar menggelar Focus Group Discussion (FGD) Akselerasi Guru Besar. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk luring dan daring, dan untuk luring, dilaksanakan di Ruang Rapat Senat Gedung Rektorat Kampus II UIN Alauddin, sementara daring melalui aplikasi zoom. Senin (21/6/2021).
Rektor UIN Alauddin Prof Hamdan Juhannis dalam sambutannya mengatakan, roh akademik sebuah perguruan tinggi berada di tangan guru besar. Alasannya, karena perguruan tinggi tanpa guru besar, tentu tidak akan mampu menunjukkan eksistensinya, baik dari aspek daya sanding maupun daya saing.
Selain itu, lelaki kelahiran Bone ini juga menambahkan, pada 2022 mendatang, setidaknya ada empat guru besar UIN Alauddin yang akan pensiun. Sehingga tenaga pengajar yang telah meraih gelar Doktor, harus melakukan akselerasi diri menjadi guru besar, agar UIN Alauddin tidak kekurangan guru besar.
“Saya berterima kasih kepada Wakil Rektor Bidang Akademik, dan Wakil Rektor Bidang Administrasi dan Keuangan, yang telah melaksanakan kegiatan FGD Akselarsi Guru Besar. Ini adalah cara kita agar tidak devisit guru besar,” ungkap Prof Hamdan
Sementara, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Mardan, turut memberikan motivasi kepada peserta FGD. Ia mengutip pernyataan Dirjen Pendis Muhammad Ali Ramdhani saat berada di Ternate, yang mengatakan, jangan berhenti hanya sebagai Doktor, menitilah karir tertinggi sebagai guru besar.
Prof Dr Abdul Mujib MAg dalam paparan materinya menyebutkan, kedepan akreditasi Perguruan Tinggi dan Program studi (Prodi) sangat dipengaruhi oleh keberadaan guru besar. Prodi yang tidak memiliki guru besar akan sulit meraih akreditasi A.
“Biasanya asesor menjadikan keberadaan guru besar di sebuah prodi, sebagai alasan utama terhadap pemberian nilai akreditasi,” ungkap guru besar UIN Syarif Hidayatullah ini.
Nur Rachmat
