BISNIS SULAWESI, MAKASSAR – Perubahan besar menuju ekonomi berbasis pengetahuan tak terelakkan. Dalam hal ini, terbukanya pasar tenaga kerja antar negara, membuat talenta berkualitas tinggi berpindah melintas negara, sesuai dengan peluang dan penawaran kompensasi yang lebih baik.
Akibatnya, bagi negara yang masih berkembang, angkatan kerjanya akan didominasi oleh tenaga kerja berketerampilan rendah, yang menyulitkan kemajuan ekonomi.
Karena itu, semua pihak, tidak hanya pemerintah, namun juga dunia bisnis harus bersama-sama menciptakan situasi kondusif, agar talenta berkualitas tinggi tetap tinggal di Indonesia, dan memberi nilai tambah bagi perekonomian negeri ini.
Menanggapi hal tersebut, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Berly Martawardaya mengatakan, penanaman modal langsung (foreign direct investment) khususnya pada sektor-sektor bernilai tinggi seperti teknologi, menyediakan tawaran bagi anak bangsa, untuk tetap berdomisili di Indonesia tapi bekerja di kantor pusat teknologi regional.
“Salah satu caranya memang mendorong investasi di sektor-sektor seperti teknologi. Sudah berapa tahun kita bicarakan, SDM berkualitas yang menetap dan bekerja di luar negeri setelah sekolah,” ujar Berly.
Alumnus University of Siena, Italia, ini menilai pembukaan kantor kedua Grab di Indonesia dapat mencegah brain drain anak bangsa ke luar negeri.
“Talenta berkualitas tinggi ini seperti air yang fluid untuk berpindah lintas batas negara. Nah, saya melihat investasi besar di sektor teknologi seperti pembukaan kantor pusat kedua Grab ini bisa menjadi magnet kuat untuk menarik SDM dengan skill level global untuk tetap bekerja di Indonesia dengan kualitas pekerjaan dan quality of life setara di kantor pusat perusahaan global,” kata Berly.
Menurut Berly, yang dicari high skilled worker, khususnya milenial, bukan hanya pendapatan tapi tantangan intelektual dan kreativitas.
“Apalagi bagi kaum milenial, pekerjaan harus memberi makna bagi hidup mereka. Kaum milenial banyak yang ingin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dan menginisiasi perubahan riil,” ujar dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini.
Sementara itu, Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menambahkan, kantor pusat kedua di Jakarta akan memungkinkan pihaknya untuk melayani kebutuhan Indonesia.
Nur Rachmat