4 Desa Wisata di Sulsel Lolos 50 Besar ADWI 2022 oleh Kemenparekraf

195
POTO : ISTIMEWA

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Sebanyak 4 desa wisata di Provinsi Sulawesi Selatan memasuki tahapan 50 besar pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf/Baparekraf RI).

Adapun 4 desa wisata di Sulsel yang lolos dalam 50 besar, yaitu Desa Wisata Barania di Kabupaten Sinjai, Desa Wisata Matano Iniaku di Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Desa Wisata Campaga di Kabupaten Bantaeng, dan Desa Wisata Kambo di Kota Palopo.

4 desa wisata itu mengungguli 334 desa wisata di Sulsel yang telah terdaftar dan terverifikasi via website Jejaring Desa Wisata (Jadesta), jadesta.kemenparekraf.go.id untuk ikut bersaing di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 (ADWI 2022). Sebelumnya, dari total 338 desa wisata itu, 31 diantaranya masuk 500 Besar. Lalu mengerucut menjadi 18 desa pada tahapan 300 Besar. Kemudian berkurang lagi jumlahnya menjadi 6 desa wisata di tahapan 100 Besar ADWI 2022.

Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, mengatakan sangat bersyukur. “Alhamdulillah, ini kabar baik, ada 4 desa wisata di Sulsel yang lolos ke 50 besar ADWI 2022. Sulawesi Selatan dikaruniai dengan beragam kearifan lokal, salah satunya dari sektor pariwisata. Kita harap ini akan menjadi wujud upaya pemulihan sektor perekonomian dan sektor pariwisata,” ungkapnya, Kamis (28/4/2022).

Sementara itu, Kepala Disbudpar Sulsel, Muhammad Jufri, mengatakwn, ini sebuah kebanggan tersendiri karena Sulsel terwakilkan oleh 4 desa wisata.

“Mulai 500 Besar sampai 300 Besar, Sulsel sama-sama melaju dengan Jatim. Di babakan 100 Besar muncul juga Jateng di samping Jatim dan Sulsel di posisi teratas. Lalu di 50 Besar ini jumlahnya juga sama dengan Jatim, 4 desa wisata,” jelas Jufri.

Baca Juga :   PLN Luncurkan Layanan Khusus Paket Pilkada dan Wedding

4 desa wisata ini mampu mengharumkan nama Sulsel di kancah nasional. Melalui ajang ini pula, desa wisata dimaksud dapat memberi andil terhadap peningkatan kunjungan wisatawan. Masyarakat terberdayakan untuk mengembangkan potensi kepariwisataan. Terutama bagi Pelaku UMKM dengan menyiapkan produk-produk lokal sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang wisatawan.

“Desa wisata ini bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan aksesibilitas. Nilai-nilai kearifan lokal tetap terjaga, menjadi nilai jual bagi wisatawan,” katanya.

Marwiah Syam