BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR – Pimpinan dan anggota DPRD Makassar menggelar bedah buku Aldera di hotel Claro Makassar, Jumat (11/11/2022). Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999, bertema “Dinamika Diplomasi Indonesia dalam Perspektif Hukum dan Hubungan Internasional”.
Hadir Wakil Ketua II DPRD Kota Makassar, Hj. Andi Suhada Sappaile, Ketua Komisi A, H. Rachmat Taqwa Quraish, Ketua Komisi B, Erick Horas, Wakil Ketua Komisi D, Kasrudi, SH, MH, dan Anggota Komisi B, Azwar, ST .
Ketua Panitia bedah buku Aldera yang juga Ketua DPRD Makassar, Rudianto Lallo mengatakan, acara dinisiasi IKA Unhas dan Yayasan Anak Rakyat Indonesia (YARI) sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada aktivis 98.
“Reformasi bisa terjadi berkat aktivis 98 dari Aldera. Beliau diculik sehingga menjadi pemicu mahasiswa bergerak secara massif.” pungkas Rudianto.
Wakil Ketua II DPRD Makassar, Andi Suhada Sappaile menyampaikan, dalam buku Aldera banyak diceritakan momen bersejarah, dimana Aldera ikut andil di dalamnya.
“Intinya buku ini berisi tentang reformasi. Penulisnya, Pius Lustrilanang lewat Aldera, bisa berjuang bersama mahasiswakala itu, dalam menumbangkan rezim orde baru dan banyak lagi sepak terjang mahasiswa 1993-1999, dikupas tuntas dalam buku ini,” terangnya.
Sebagai mantan aktivis, Anggota DPRD Kota Makassar, Rachmat Taqwa Quraisy mengatakan, semangat reformasi harus selalu dijaga karena baik untuk merefleksi pikiran kita
“Apa yang kita capai hari ini berkat senior di 1998. Kita harus tetap menjaga semangat ini, bukan hanya di pemerintahan kota, tetapi juga nasional,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi D, Kasrudi SH MH memberikan ucapan selamat kepada Ketua Panitia Pelaksana Bedah Buku Aldera.
Ia berharap apa yang dicita-citakan panitia, khususnya YARI, agar pemuda Indonesia bisa tahu bagaimana cara demokrasi terbentuk. Sehingga ada kreasi di tahun mendatang, agar lebih berkembang.
“Sehingga demokrasi bisa lebih dirasakan masyarakat,” ucapnya.
Anggota Komisi B, Azwar menambahkan, untuk menggapai sesuatu, perlu perjuangan dalam menghadapinya. Sebab perjuangan itu tidak pernah berakhir.
“Pejuang dan berjuang, tidak ada habisnya. Akhir dari perjuangan, ketika seseorang sudah meninggal,” tutur Azwar.
Nur Rachmat