BISNIS SULAWESI, MAKASSAR – Tahun 2019 secara nasional, Pertamina menargetkan pendirian 39 Lembaga Penyalur BBM Satu Harga di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) yang sulit dijangkau karena keterbatasan infrastruktur.
Di wilayah Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah (Sulteng), tahun ini akan dibangun tiga lokasi BBM Satu Harga. Sehingga total akan terdapat enam lokasi BBM Satu Harga di wilayah Sulteng.
Selama tahun 2018, Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII telah menuntaskan 100 persen target BBM Satu Harga, yang di amanahkan Pemerintah yakni sembilan lokasi di Sulawesi. Sebanyak tiga titik berlokasi di Provinsi Sulteng, satu lokasi di Sulawesi Tenggara (Sultra), satu di Gorontalo, serta empat di Sulawesi Utara (Sulut).
Setiap bulan Pertamina MOR VII rata-rata menyalurkan BBM Satu Harga sebesar 1.588 Kilo Liter (KL). Meliputi Premium 1.133 KL, Solar 389 KL dan Pertalite 67 KL kepada seluruh lembaga penyalur di wilayah Sulawesi. Dari jumlah tersebut 329,67 KL disalurkan di Sultra, 840 KL di Sulteng, 372 KL di Sulut dan 46,67 KL di Gorontalo.
General Manager MOR VII, Werry Prayogi, menyatakan banyak tantangan yang dihadapi dalam menyalurkan BBM Satu Harga di Sulawesi. “Perjalanan yang di tempuh cukup jauh, misalnya ke Kepulauan Togean menggunakan kapal sejauh 200 km dengan waktu tempuh 24 jam. Tak jarang berjibaku dengan ombak tinggi,” jelas Werry.
BBM Satu Harga merupakan komitmen Pertamina untuk menyediakan energi yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama di daerah 3T. Sesuai amanat UU Migas No 22 Tahun 2001 dan UU Energi No 30 Tahun 2007.
Kehadiran BBM Satu Harga di wilayah Sulawesi banyak dinikmati petani, nelayan dan pelaku usaha kecil di wilayah 3T. Berbagai usaha antara lain transportasi, perdagangan, industri rumah tangga, perikanan, dan pertanian terus menggeliat sejalan dengan kemudahan dan ketersediaan BBM dengan harga yang terjangkau.
“BBM Satu Harga telah mendorong aktivitas perekonomian di daerah 3T, karena masyarakat semakin mudah mendapatkan akses BBM. Harga BBM yang sebelumnya berkisar Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per liter kini jauh menurun menjadi Rp 6.450 untuk Premium dan Rp 5.150 untuk Solar,” imbuh Werry.
Werry berharap agar sinergi bersama Pemerintah Daerah dan aparat dapat terus ditingkatkan melalui pengawasan dan penindakan. Masih ada informasi dari warga tentang harga BBM yang masih tinggi, meski telah hadir lembaga penyalur BBM Satu Harga. Hal ini disebabkan ulah pengecer.
Nur Rachmat