BANK GENCAR DORONG LAYANAN KREDIT DIGITAL

119
Karyawana Bank Tabungan Negara (BTN) Kantor Cabang Makassar, menghitung uang di kantornya jalan Kajaolalido, Makassar. / Foto: Masudi Firmansyah

BISNISSULAWESI.COM, MAKASSAR — Industri perbankan terus memanfaatkan perkembangan teknologi, sebagai model bisnis ke depan. Kini, bukan hanya dapat membuka rekening bank tanpa ke kantor saja, layanan pemberian kredit via digital alias digital loan, juga tengah menjadi perhatian.

Beberapa bank sudah meluncurkan produk kredit digital, sebagai salah satu upaya untuk menjaring nasabah ritel. Salah satunya, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), sedang berupaya mengembangkan fitur pemberian kredit lewat aplikasi digital banking milik perseroan, dinamakan Jenius.

Digital Banking Value Proposition and Product Head BTPN Irwan Sutjipto Tisnabudi mengatakan, fitur yang bertajuk Flexi Cash ini, merupakan dana siaga (standby loan) yang diberikan ke pengguna aplikasi Jenius, sebagai dana tambahan.

Namun, lantaran masih dalam pengembangan, tidak seluruh nasabah Jenius bisa memanfaatkan Flexi Cash. Melainkan hanya nasabah aktif yang terpilih, dan ditawarkan oleh perseroan.

Platfon pinjaman yang ditawarkan cenderung bervariasi. Menurut Irwan, rata-rata dana yang disediakan perseroan Rp 7-8 juta. Dana tersebut, dapat ditarik dan digunakan kapan saja, sesuai kebutuhan para nasabah.

“Responnya bagus, dari yang kami tawarkan sekitar 17% sudah aktivasi Flexi Cash. Dari 17% itu sekitar 75% nasabah kami sudah mencairkan, on average stand by loan Rp 7 – 8 juta,” tutur Irwan.

Menurutnya, bunga yang dibebankan ke nasabah akan disesuaikan dengan besaran dana yang dipinjam, dari total plafon yang diberikan. Nasabah juga diperbolehkan untuk melakukan pembayaran pinjaman lebih awal, yang akan mengurangi jangka waktu pinjaman, dan otomatis beban bunga akan menjadi lebih rendah dari yang ditetapkan sebelumnya.

“Jadi misalnya dapat tawaran dari kami Rp 5 juta, mau cairkan Rp 500 ribu untuk tiga bulan itu juga bisa. Bunganya itu dari 1,75% hingga 2,25%, jauh dibandingkan kredit biasa. Hampir mirip dengan kartu kredit, bunga itu juga berlaku untuk dana yang dicairkan saja, bukan plafonnya,” jelas Irwan.

Baca Juga :   Telah Diresmikan, SPKLU di Palopo dan Kolaka menjadi Komitmen PLN Dukung Transisi Energi dan Green Tourism

Lantaran masih dalam pengembangan, untuk saat ini fitur tersebut hanya bisa didapatkan oleh nasabah eksisting yang terpilih. Namun ke depan, perseroan akan menyediakan fitur tersebut, untuk semua nasabah Jenius, dan memperbolehkan nasabah untuk mengajukan pinjaman.

Adapun hingga saat ini, jumlah nasabah Jenius ada lebih dari 900.000 orang. Sedangkan nasabah aktif tercatat lebih dari 700.000 orang, dengan rata-rata transaksi sebanyak Rp 4 juta per bulan. “User kami total ada 900 ribu lebih, itu naik 2,5 kali lipat dibanding tahun lalu,” katanya.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi Prof. Marsuki DEA mengatakan, hal ini memang perlu dilakukan oleh perbankan. “Saya pikir itu mau tidak mau yah, artinya  perbankan harus mencari diversifikasi produk di dalam menyalurkan dia punya dana. Sekarang ini kan turun dibawah 10 %, itukan sangat ironi yah, ditengah orang sedang butuh. Bisa juga dikatakan turun karena DPK juga turun,” ujar Marsuki.

Namun menurutnya, masyarakat banyak menahan dana yang dimiliki, atau mengalihkan ke investasi yang saat ini lebih menjanjikan. “Sebagai contoh, orang tua memberikan dana kepada anaknya untuk buat usaha kecil, startup, warkop, dan lain sebagainya. Bukan berarti uang tidak ada, malah sebaliknya,” jelasnya.

Untuk itu kata Marsuki, perbankan harus memainkan perannya. Seperti mencari mitra dari perusahaan fintech, agar fintech menyalurkan dana perbankan. “Kita gagal menginventarisasi pengusaha-pengusaha potensial yang menjanjikan,” sambungnya.

OJK juga meurut Marsuki, harus mampu mengarahkan perbankan mencari target pembiayaan, yang memang akan menguntungkan.

“OJK belum mampu menemukan cara bagaimana menganalisa proyek-proyek terhadap sektor ekonomi unggulan, masih dalam tahap mengawasi secara internal dari manajemen bank. Padahal bank tidak butuh itu, bank butuh bantuan OJK untuk mengarahkan mau kemana saya ini. Tapi saya rasa selama kerjasama BI dan OJK bagus, maka seluruh potensi, analisis dan penelitian oleh BI bisa di adopsi OJK dan mentransfer ke perbankan,” pungkasnya. / Komang Ayu

Baca Juga :   Pelayanan di Bank Berjalan Normal